KELAS XI BAB IV BHAKTI SEJATI DALAM RAMAYANA
D. Bentuk penerapan Bhakti Sejati dalam Kehidupan
1. Mendengarkan sesuatu
dengan baik “Srawanam”
Arah gerak vertikal dari bhakti adalah umat mau dan
mampu mendengar. Dalam hal ini masyarakat hendaknya meyakini dan mendengarkan sabda-sabda
suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun tersirat dalam kitab suci atau
aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan aturan upacara.
Sedangkan arah gerak
horizontal, bhakti untuk mendengar ini hendaknya
masyarakat dalam hidup dan kehidupannya selalu menanamkan rasa bhakti untuk mau belajar mendengarkan nasehat dan menghormati pendapat orang lain serta
belajar untuk menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya dan
lingkungannya.
Sifat dan sikap ini akan dapat menumbuhkan karakter
Ketuhanan di lingkungan keluarga itu, seperti; sifat, sikap dan karakter saling hormat-menghormati, sujud, cinta kasih sayang,
pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik dan suci, berkata yang baik dan suci,
berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam melaksanakan disiplin spiritual.
2. Bersyukur (mensyukhuri atas anugrah-Nya) “Vedanam”.
Dalam ajaran ini Vedanam berarti
bagaimana cara kita bersyukur terhadap keberadaan diri
kita. Maksudnya disini, kita hidup di dunia ini adalah sebagai ciptaan Tuhan
yang lahir karena karma yang kita buat terdahulu. Umat Hindu telah meyakini hal
tersebut. Jadi bagaimanapun keadaan kita dilahirkan di Bumi ini, kita harus
tetap bersyukur dan bhakti kepada-Nya. Kita anggap apa saja yang kita miliki,
kita punya, nikmati dll, itu semua adalah atas karunianya. Sehingga jika semua
umat menyadari hal ini yaitu ajaran Vedanam, niscaya kehidupannya yang dijalani
akan terasa indah dan tanpa beban. Ingat kita terlahir menjadi manusia adalah
utama, yang artinya kita bisa memperbaiki dan menyelamatkan diri kita sendiri
dari perputaran kelahiran kembali/punarbhawa.
3. Menembangkan,
melantumkan, menyanyikan gita/kidung “Kirtanam”.
Kirtanam, adalah bhakti
dengan jalan melantunkan Gita (nyayian atau kidung suci memuja dan memuji nama
suci dan kebesaran Tuhan), bhakti ini juga di arahkan menjadi dua arah gerak
vertical maupun arah gerak horizontal. Arah gerak vertical melakukan bhakti
kirtanam untuk menumbuhkan dan membangkitkan nilai-nilai spiritual yang ada
dalam jiwa setiap individu manusia, dengan bangkitnya spiritual dalam setiap
individu akan dapat meredam melakukan pengendalian diri dengan baik, jiwa lebih
tenang, tentram dan tercerahi, sistuasi dan kondisi ini akan dapat membantu
keluar dari kekusutan mental dan kegelapan jiwa. Sehingga dapat dijadikan modal
dasar untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan individual yang damai dan
bahagia.
Arah gerak horizontal masyarakat manusia berusaha
selalu untuk melantunkan bhakti kirtanam yang dapat menyejukan perasaan hati
orang lain dan lingkungannya. Kepada sesama atau anggota masyarakat yang
lainnya tidak hanya melantunkan atau melontarkan kritikan dan cemohan tetapi
selalu belajar untuk melatih diri untuk memberikan saran, solusi yang terbaik
bagi kepentingan bersama dalam keberagamaan, kehidupan sehari-hari tentang
kemanusiaan, kebersamaan, persatuan dan perdamaian, serta memberikan pengakuan
dan penghargaan atau pujian akan keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai
terhadap sesama atau anggota masyarakat manusia yang lain.
4. Selalu mengingat nama
Tuhan “Smaranam”.
Smaranam, adalah bhakti dengan jalan
mengingat. Arah gerak vertical dari bhakti ini adalah dalam menjalani dan
menata kehidupan ini masyarakat manusia sepatutnya selalu melatih diri untuk
mengingat, mengingat nama-nama suci Tuhan dengan segala Kemahakuasaaannya, dan
selalu untuk melatih diri untuk mengingat tentang intruksi dan pesan atau
amanat dari sabda suci Tuhan kepada umat manusia yang dapat dijadikan sebagai
pedoman atau pegangan hidup dalam hidup di dunia dan di alam sunya (akhirat)
nanti.
Arah gerak secara horizontal
dari bhakti ini apabila dikaitkan dengan isu-isu pluralisme, kemanusiaan,
perdamaian, demokrasi dan gender maka sepatutnya masyarakat manusia selalu
berusaha untuk mengingat kembali tragedi dan penderitaan kemanusiaan, musibah
dan bencana alam, dll, yang diakibatkan oleh konflik-konflik atau pertikaian,
kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan tindakan kekerasan yang lainnya antara
individu yang satu dengan individu yang lain ataupun antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain yang tidak atau kurang memahami dan menghargai
indahnya sebuah kebhinekaan dan pluralisme.
Harapannya dengan mengingat
tragedi, penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu masyarakat
manusia selalu mewartakan dan mengingatnya sebagai bekal untuk mengevaluasi dan
merepleksi diri akan indahnya kebhinekaan dan pluralisme apabila masyarakat
manusia mampu mengkemasnya dalam satu bingkai yaitu bingkai kebersamaan,
persatuan dan kedamaian. Iklim saling bhakti Smaranam ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat manusia yang ditanamkan di awali dilingkungan keluarga sehingga
tumbuh karakter Ketuhanan dalam setiap anggota keluarga sebagai modal dasar
guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial
kemasyarakatannya.
5. Menyembah, sujud, hormat di Kaki Padma “Padasevanam”.
Padasevanam artinya “melayani”. Dalam artian bagaimana cara kita melayani mahkluk
lain. Padasevanam meyakini bahwa mahkluk lain yang ada ini
adalah sebagai perwujudan Tuhan. Misalkan saja jika kita dapat melayani orang
lain baik itu orang yang lagi sakit, tertimpa musibah, dan orang yang lagi
membutuhkan sebuah pertolongan, itu sudah disebut dengan Padasevanam.
Dalam kehidupan ini masih ada orang yang belum bisa dan belum dapat
mengaplikasikan ajaran Nawa Wida Bakti yang di sebut dengan Padasevanam ini.
Padasevanam, adalah bhakti dengan jalan menyembah, sujud, hormat di Kaki Padma. Arah
gerak vertikal dalam bhakti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan menata
kehidupannya sepatutnya selalu sujud dan hormat kepada Tuhan, hormat dan sujud
terhadap intruksi dan pesan/amanat dari hukum Tuhan (rtam). Arah gerak
horizontal masyarakat manusia untuk selalu belajar dan menumbuhkan kesadaran
untuk menghormati para pahlawan dan pendahulunya, pemerintah dan peraturan
perundang-undangan yang telah dijadikan dan disepakati sebagai sumber hukum,
para pemimpin, para orang tua dan yang tidak kalah penting juga hormat/sujud
kepada ibu pertiwi. Karena dengan adanya kesadaran untuk saling menghormati
inilah kita akan bisa hidup berdampingan dalam kebhinekaan dan pluralisme,
sehingga terwujud kebersamaan, perastuan, kesalehan dan keharmonisan sosial.
Iklim saling bhakti padasevanam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita sehingga sejak dini semestinya ditanamkan untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan
kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
6. Bersahabat dengan Tuhan “Sukhyanam”.
Sukhyanam, artinya
adalah, memperlakukan pujaannya/Tuhan sebagai sahabat dan keluarga. Disini
kalau kita cari intinya sekali bahwa jika kita menganggap Tuhan itu adalah
teman atau keluarga, pasti rasa hormat dan bhakti yang kita miliki menjadi
lebih besar. Ini menumbuhkan rasa senang dan rasa memiliki yang sangat besar
terhadap-Nya. Dengan rasa senang dan rasa memiliki Tuhan, kita akan terus
menerus setiap saat akan memuja keagungan dan kemurahan beliau.
Kita akan merasa lebih dekat dengan-Nya, jadi jika hal
ini kita aplikasikan, Tuhan itu akan disadari selalu ada didalam kegiatan
keseharian kita. Penerapan semua jalan Nawa Wida Bhakti ini bisa menjadi proses
penyatuan atau proses kembalinya kita ke asal semula yaitu Tuhan.
Sukhyanam, adalah bhakti dengan jalan kasih persahabatan, mentaati hukum
dan tidak merusak sistim hukum. Baik arah gerak vertical dan horizontal, baik
dalam kehidupan matrial dan spiritual (jasmani dan rohani) masyarakat manusia
agar selalu berusaha melatih diri untuk tidak merusak sistim hukum, dan selalu
dijalan kasih persahabatan. Iklim saling bhakti
Sukhanyam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat
dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan
keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya
7. Berpasrah diri
memuja para bhatara-bhatari dan para dewa sebagai manifestasi Tuhan “Dahsyam”.
Berpasrah diri dihadapan para bhatara-bhatari sebagai
pelindung dan para dewa sebagai sinar suci Tuhan untuk memohon keselamatan dan
sinarnya disetiap saat adalah sifat dan sikap yang sangat baik. Dahsyam,
adalah bhakti dengan jalan mengabdi, pelayanan, dan cinta kasih sayang dengan
tulus ikhlas terhadap Tuhan.
Arah gerak vertical dari bahkti ini masyarakat manusia
dalam menjalani dan menata kehidupannya, untuk selalu melatih diri dan secara
tulus ikhlas untuk mengahturkan mengabdikan, pelayanan kepada Tuhan, karena
hanya kepada Beliaulah umat manusia dan seluruh sekalian alam beserta isinya
berpasrah diri memohon segalanya apa yang harapkan untuk mencapai kebahagian di
dunia dan di akhirat.
Arah gerak horizontal masyarakat manusia kepada sesama
dan lingkungan hidupnya untuk selalu mengabdi, memberikan pelayanan dan cinta
kasih sayang dengan tulus ikhlas untuk kepentingan bersama tentang kemanusiaan,
kelestarian lingkungan hidup dan kedamaian di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Iklim saling bhakti Dasyam ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dilingkungan keluarga lebih-lebih
dikehidupan sosial kemasyarakatannya.
Dahsyam artinya
menganggap pujaannya sebagai tamu, majikan dan kita sebagai pelayan. Dahsyam
meyakini bahwa tamu yang hadir dihadapannya atau yang ada ini adalah sebagai
perwujudan Tuhan. Didalam menempuh kehidupan yang tentunya sangat utama ini,
jika kita tidak menyadari “Dahsyam”, sepertinya rasa bhakti yang kita
miliki terhadap-Nya itu sangat kecil dan hanya seberapa saja. Mestinya jika
kita yakin bahwa kita adalah ciptaan-Nya, kita juga harus bisa menyadari Tuhan
itulah yang harus kita layani dan sembah. Pelayanan tulus iklas dengan perasaan
tunduk hati kepada Tuhan pahalanya sangat besar. Mulai saat ini kita harus
yakin bahwa apapun yang kita kerjakan dan apapun yang kita miliki itu semua
adalah dinikmati oleh Tuhan itu sendiri. Jadi dengan jalan bhakti terhadap-Nya
kita bisa melakukan Pelayanan yang bersifat rohani. Seperti misalnya contoh
umum kita lihat pada asram-asram pemujaan Tuhan itu sendiri dalam wujud
personifikasi yang diyakini sebagai personalitas tertinggi Tuhan, yang
didalamnya terdapat orang-orang yang sedang melakukan Pelayanan dan mempelajari
Kitab Sucinya. Kalau bisa kita telusuri Pelayanan bhaktinya sangat tinggi
terhadap Arca, Guru Kerohanian, Penyembah Tuhan dll. Itulah perlu kita tingkatkan
pada masa hidup dijaman Kaliyuga ini.
8. Memuja Tuhan dengan
sarana arca “Arcanam”.
Arcanam, adalah bhakti
dengan jalan perhormatan terhadap simbol-simbol atau nyasa Tuhan seperti
membuat Pura, Arca, Pratima, Pelinggih, dll, bhakti penguatan iman dan taqwa,
menghaturkan dan pemberian persembahan terhadap Tuhan.
Arah gerak vertikal masyarakat manusia dalam menjalani
dan menata kehidupannya untuk selalu menghaturkan dan menunjukan rasa hormat,
sujud, cintakasih sayang, pelayanan, pengabdian kepada Tuhan dengan iman dan
taqwa kuat dan teguh dengan jalan menghaturkan sebuah persembahan sebagai
bentuk ucapan terimakasih atas tuntunan, bimbingan, perlindungan, kekuatan,
kesehatan dan setiap anugrah yang diberikan Tuhan kepada seluruh sekalian alam.
Arah gerak horizontal masyarakat manusia terutama
kepada sesama dan lingkungannya dalam kehidupannya untuk selalu belajar untuk
memberikan pelayanan, pengabdian, cinta kasih sayang, penguatan dan pemberian
penghargaan kepada orang lain. Contoh, Pemerintah, pemimpin dan atau anggota
masyarakat hendaknya memberikan pengabdian, pelayanan, cinta kasih sayang dan
penghargaan kepada pemerintah dan pemimpinnya demikian pula sebaliknya kepada
dan oleh rakyatnya yang telah menunjukan dedikasinya tinggi terhadap segala
aspek kehidupan demi kemajuan dan perbaikan situasi dan kondisi bersama dan
sekalian alam tentang kemanusiaan, kelestarian lingkungan dan perdamaian.
Karena pemimpin yang baik menghargai rakyatnya, demikian juga sebaliknya. Iklim
saling bhakti Arcanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia di
lingkungan keluarga dan dikehidupan masyarakat umum. Hal ini akan dapat
menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya
dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan
dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
Arcanam ini
artinya “bhakti dengan memuja Arca”. Maksudnya disini yakni bhakti dengan cara
memuja pratima sebagai media penghubung dan penghayatan kepada Tuhan. Kita ketahui
bersama bahwa Tuhan itu bersifat abstrak/nirguna, susah kita menebak dan
menghayalkan perwujudan tuhan karena sesungguhnya tuhan itu tak berwujud. Jadi
untuk menguatkan keyakinan kita kehadapannya, kita diberi jalan memuja-Nya
dengan mewujudkan beliau ataupun manifestasi beliau dengan Arca. Dengan jalan
ini, jika rasa bhakti yang kita miliki untuk-Nya sangatlah besar tidak
dipungkiri lagi kita melayani dan menyembah Tuhan melalui perwujudan suci yang
disebut dengan Arca akan menjadi lebih nyata dan memberikan perasaan rohani
yang sangat dalam.
9. Berpasrah total kepada Tuhan “Sevanam atau Atmanividanam”.
Sevanam atau Atmanividanam adalah
bhakti dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada
Tuhan. Arah gerak vertikal dan horizontal dari bhakti ini masyarakat kita
selalu berpasrah diri dengan kesadaran dan keyakinan yang mantap untuk selalu
berjalan di jalan Tuhan, berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas
kepada Tuhan, sesama dan lingkungan hidupnya atau kepada ibu pertiwi, baik
dalam kehidupan duniawi (nyata) maupun kehidupan sunya (niskala). Iklim saling
bhakti Atmanivedanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dalam
kehidupan sosial dan kehidupan spiritualnya.
Atmanividanam yang artinya bhakti dengan kepasrahan total kepada Tuhan. Tahapan ini
adalah tahapan terakhir dalam ajaran suci Nawa Wida Bhakti. Dalam perjalanan
kehidupan manusia pada zaman Kali Yuga ini, jalan Atmanividanam yang dianggap
sulit untuk diaplikasikan karena kuatnya ikatan material yang mengikat dirinya.
Mulailah kita melakukan pelayanan dan mempersembahkan apapun yang kita miliki,
kita terima, nikmati dan lain-lain itu hanya untuk-Nya.
Karena hanya beliaulah yang pada akhirnya sebagai penikmat segalanya. Baik itu
adalah kebahagiaan dan penderitaan kita harus bisa mempersembahkannya
untuk-Nya.
Komentar
Posting Komentar