Materi Kelas X Agama Hindu Tanggal 07 s/d 11 Maret 2022
D.Bentuk penerapan Bhakti Sejati dalam Kehidupan
Berikut ini dapat dipaparkan bentuk-bentuk penerapan
ajaran bhakti
sujati, sebagai berikut;
1. Mendengarkan sesuatu dengan baik “Srawanam”
Arah gerak vertikal
dari bhakti adalah umat mau dan
mampu mendengar. Dalam hal ini masyarakat hendaknya
meyakini dan mendengarkan sabda-sabda suci dari Tuhan baik yang tersurat maupun
tersirat dalam kitab suci atau aturan-aturan keimanan, aturan kebajikan dan
aturan upacara.
Sedangkan arah gerak
horizontal, bhakti untuk mendengar
ini hendaknya masyarakat dalam hidup dan kehidupannya selalu menanamkan rasa bhakti
untuk mau belajar
mendengarkan nasehat dan menghormati pendapat orang lain serta belajar untuk
menyimak atau mendengarkan pewartaan tentang sesamanya dan
lingkungannya.
Sifat dan sikap ini
akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga itu, seperti;
sifat, sikap dan karakter saling hormat-menghormati,
sujud, cinta kasih sayang, pengabdian, pelayanan, berfikir yang baik dan suci,
berkata yang baik dan suci, berbuat yang baik dan suci serta teguh dalam
melaksanakan disiplin spiritual.
2. Bersyukur (mensyukhuri atas anugrah-Nya) “Vedanam”.
Dalam ajaran ini Vedanam berarti
bagaimana cara
kita bersyukur terhadap keberadaan diri kita. Maksudnya disini, kita hidup di
dunia ini adalah sebagai ciptaan Tuhan yang lahir karena karma yang kita buat
terdahulu. Umat Hindu telah meyakini hal tersebut. Jadi bagaimanapun keadaan
kita dilahirkan di Bumi ini, kita harus tetap bersyukur dan bhakti kepada-Nya.
Kita anggap apa saja yang kita miliki, kita punya, nikmati dll, itu semua
adalah atas karunianya. Sehingga jika semua umat menyadari hal ini yaitu ajaran
Vedanam, niscaya kehidupannya yang dijalani akan terasa indah dan tanpa beban.
Ingat kita terlahir menjadi manusia adalah utama, yang artinya kita bisa
memperbaiki dan menyelamatkan diri kita sendiri dari perputaran kelahiran
kembali/punarbhawa.
3. Menembangkan, melantumkan, menyanyikan
gita/kidung “Kirtanam”.
Kirtanam,
adalah bhakti dengan jalan melantunkan Gita (nyayian atau kidung suci memuja
dan memuji nama suci dan kebesaran Tuhan), bhakti ini juga di arahkan menjadi
dua arah gerak vertical maupun arah gerak horizontal. Arah gerak vertical
melakukan bhakti kirtanam untuk menumbuhkan dan membangkitkan nilai-nilai
spiritual yang ada dalam jiwa setiap individu manusia, dengan bangkitnya
spiritual dalam setiap individu akan dapat meredam melakukan pengendalian diri
dengan baik, jiwa lebih tenang, tentram dan tercerahi, sistuasi dan kondisi ini
akan dapat membantu keluar dari kekusutan mental dan kegelapan jiwa. Sehingga
dapat dijadikan modal dasar untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan
individual yang damai dan bahagia.
Arah gerak horizontal
masyarakat manusia berusaha selalu untuk melantunkan bhakti kirtanam yang dapat
menyejukan perasaan hati orang lain dan lingkungannya. Kepada sesama atau
anggota masyarakat yang lainnya tidak hanya melantunkan atau melontarkan
kritikan dan cemohan tetapi selalu belajar untuk melatih diri untuk memberikan
saran, solusi yang terbaik bagi kepentingan bersama dalam keberagamaan,
kehidupan sehari-hari tentang kemanusiaan, kebersamaan, persatuan dan
perdamaian, serta memberikan pengakuan dan penghargaan atau pujian akan
keberhasilan dan prestasi yang telah dicapai terhadap sesama atau anggota
masyarakat manusia yang lain.
4. Selalu mengingat nama Tuhan “Smaranam”.
Smaranam, adalah bhakti dengan jalan mengingat. Arah gerak
vertical dari bhakti ini adalah dalam menjalani dan menata kehidupan ini
masyarakat manusia sepatutnya selalu melatih diri untuk mengingat, mengingat
nama-nama suci Tuhan dengan segala Kemahakuasaaannya, dan selalu untuk melatih
diri untuk mengingat tentang intruksi dan pesan atau amanat dari sabda suci
Tuhan kepada umat manusia yang dapat dijadikan sebagai pedoman atau pegangan
hidup dalam hidup di dunia dan di alam sunya (akhirat) nanti.
Arah
gerak secara horizontal dari bhakti ini apabila dikaitkan dengan isu-isu
pluralisme, kemanusiaan, perdamaian, demokrasi dan gender maka sepatutnya
masyarakat manusia selalu berusaha untuk mengingat kembali tragedi dan
penderitaan kemanusiaan, musibah dan bencana alam, dll, yang diakibatkan oleh
konflik-konflik atau pertikaian, kesewenang-wenangan, diskriminasi, dan
tindakan kekerasan yang lainnya antara individu yang satu dengan individu yang
lain ataupun antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain yang tidak
atau kurang memahami dan menghargai indahnya sebuah kebhinekaan dan pluralisme.
Harapannya
dengan mengingat tragedi, penderitaan, musibah dan bencana yang diakibatkan itu
masyarakat manusia selalu mewartakan dan mengingatnya sebagai bekal untuk
mengevaluasi dan merepleksi diri akan indahnya kebhinekaan dan pluralisme
apabila masyarakat manusia mampu mengkemasnya dalam satu bingkai yaitu bingkai
kebersamaan, persatuan dan kedamaian. Iklim saling bhakti Smaranam ini sangat dibutuhkan
oleh masyarakat manusia yang ditanamkan di awali dilingkungan keluarga sehingga
tumbuh karakter Ketuhanan dalam setiap anggota keluarga sebagai modal dasar
guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial
kemasyarakatannya.
5. Menyembah, sujud,
hormat di Kaki Padma “Padasevanam”.
Padasevanam artinya
“melayani”. Dalam artian bagaimana cara kita melayani mahkluk lain. Padasevanam meyakini
bahwa mahkluk lain yang ada ini adalah sebagai perwujudan Tuhan. Misalkan saja
jika kita dapat melayani orang lain baik itu orang yang lagi sakit, tertimpa
musibah, dan orang yang lagi membutuhkan sebuah pertolongan, itu sudah disebut
dengan Padasevanam. Dalam kehidupan ini masih ada orang yang belum
bisa dan belum dapat mengaplikasikan ajaran Nawa Wida Bakti yang di sebut
dengan Padasevanam ini.
Padasevanam,
adalah bhakti dengan jalan menyembah, sujud, hormat di Kaki Padma. Arah gerak
vertikal dalam bhakti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan menata
kehidupannya sepatutnya selalu sujud dan hormat kepada Tuhan, hormat dan sujud
terhadap intruksi dan pesan/amanat dari hukum Tuhan (rtam). Arah gerak
horizontal masyarakat manusia untuk selalu belajar dan menumbuhkan kesadaran
untuk menghormati para pahlawan dan pendahulunya, pemerintah dan peraturan
perundang-undangan yang telah dijadikan dan disepakati sebagai sumber hukum,
para pemimpin, para orang tua dan yang tidak kalah penting juga hormat/sujud
kepada ibu pertiwi. Karena dengan adanya kesadaran untuk saling menghormati
inilah kita akan bisa hidup berdampingan dalam kebhinekaan dan pluralisme,
sehingga terwujud kebersamaan, perastuan, kesalehan dan keharmonisan sosial.
Iklim saling bhakti padasevanam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita sehingga sejak dini semestinya ditanamkan untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan
kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
6. Bersahabat dengan Tuhan “Sukhyanam”.
Sukhyanam,
artinya adalah, memperlakukan pujaannya/Tuhan sebagai sahabat dan
keluarga. Disini kalau kita cari intinya sekali bahwa jika kita menganggap
Tuhan itu adalah teman atau keluarga, pasti rasa hormat dan bhakti yang kita
miliki menjadi lebih besar. Ini menumbuhkan rasa senang dan rasa memiliki yang
sangat besar terhadap-Nya. Dengan rasa senang dan rasa memiliki Tuhan, kita
akan terus menerus setiap saat akan memuja keagungan dan kemurahan beliau.
Kita akan merasa lebih
dekat dengan-Nya, jadi jika hal ini kita aplikasikan, Tuhan itu akan disadari
selalu ada didalam kegiatan keseharian kita. Penerapan semua jalan Nawa Wida
Bhakti ini bisa menjadi proses penyatuan atau proses kembalinya kita ke asal
semula yaitu Tuhan.
Sukhyanam, adalah bhakti dengan jalan
kasih persahabatan, mentaati hukum dan tidak merusak sistim hukum. Baik arah
gerak vertical dan horizontal, baik dalam kehidupan matrial dan spiritual
(jasmani dan rohani) masyarakat manusia agar selalu berusaha melatih diri untuk
tidak merusak sistim hukum, dan selalu dijalan kasih persahabatan. Iklim saling
bhakti
Sukhanyam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat kita untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan
keluarga dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar
guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial
kemasyarakatannya
7. Berpasrah
diri memuja para bhatara-bhatari dan para dewa sebagai
manifestasi Tuhan “Dahsyam”.
Berpasrah diri
dihadapan para bhatara-bhatari sebagai pelindung dan para dewa sebagai sinar
suci Tuhan untuk memohon keselamatan dan sinarnya disetiap saat adalah sifat
dan sikap yang sangat baik. Dahsyam, adalah bhakti dengan jalan
mengabdi, pelayanan, dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas terhadap Tuhan.
Arah gerak vertical
dari bahkti ini masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya,
untuk selalu melatih diri dan secara tulus ikhlas untuk mengahturkan
mengabdikan, pelayanan kepada Tuhan, karena hanya kepada Beliaulah umat manusia
dan seluruh sekalian alam beserta isinya berpasrah diri memohon segalanya apa
yang harapkan untuk mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat.
Arah gerak horizontal
masyarakat manusia kepada sesama dan lingkungan hidupnya untuk selalu mengabdi,
memberikan pelayanan dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas untuk
kepentingan bersama tentang kemanusiaan, kelestarian lingkungan hidup dan
kedamaian di tengah-tengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Iklim
saling bhakti Dasyam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik
dilingkungan keluarga lebih-lebih dikehidupan sosial kemasyarakatannya.
Dahsyam artinya
menganggap pujaannya sebagai tamu, majikan dan kita sebagai pelayan. Dahsyam
meyakini bahwa tamu yang hadir dihadapannya atau yang ada ini adalah sebagai
perwujudan Tuhan. Didalam menempuh kehidupan yang tentunya sangat utama ini,
jika kita tidak menyadari “Dahsyam”, sepertinya rasa bhakti yang kita
miliki terhadap-Nya itu sangat kecil dan hanya seberapa saja. Mestinya jika
kita yakin bahwa kita adalah ciptaan-Nya, kita juga harus bisa menyadari Tuhan
itulah yang harus kita layani dan sembah. Pelayanan tulus iklas dengan perasaan
tunduk hati kepada Tuhan pahalanya sangat besar. Mulai saat ini kita harus
yakin bahwa apapun yang kita kerjakan dan apapun yang kita miliki itu semua
adalah dinikmati oleh Tuhan itu sendiri. Jadi dengan jalan bhakti terhadap-Nya
kita bisa melakukan Pelayanan yang bersifat rohani. Seperti misalnya contoh
umum kita lihat pada asram-asram pemujaan Tuhan itu sendiri dalam wujud
personifikasi yang diyakini sebagai personalitas tertinggi Tuhan, yang
didalamnya terdapat orang-orang yang sedang melakukan Pelayanan dan mempelajari
Kitab Sucinya. Kalau bisa kita telusuri Pelayanan bhaktinya sangat tinggi
terhadap Arca, Guru Kerohanian, Penyembah Tuhan dll. Itulah perlu kita tingkatkan
pada masa hidup dijaman Kaliyuga ini.
8. Memuja Tuhan dengan sarana arca “Arcanam”.
Arcanam,
adalah bhakti dengan jalan perhormatan terhadap simbol-simbol atau nyasa Tuhan
seperti membuat Pura, Arca, Pratima, Pelinggih, dll, bhakti penguatan iman dan
taqwa, menghaturkan dan pemberian persembahan terhadap Tuhan.
Arah gerak vertikal
masyarakat manusia dalam menjalani dan menata kehidupannya untuk selalu
menghaturkan dan menunjukan rasa hormat, sujud, cintakasih sayang, pelayanan,
pengabdian kepada Tuhan dengan iman dan taqwa kuat dan teguh dengan jalan
menghaturkan sebuah persembahan sebagai bentuk ucapan terimakasih atas
tuntunan, bimbingan, perlindungan, kekuatan, kesehatan dan setiap anugrah yang
diberikan Tuhan kepada seluruh sekalian alam.
Arah gerak horizontal
masyarakat manusia terutama kepada sesama dan lingkungannya dalam kehidupannya
untuk selalu belajar untuk memberikan pelayanan, pengabdian, cinta kasih
sayang, penguatan dan pemberian penghargaan kepada orang lain. Contoh,
Pemerintah, pemimpin dan atau anggota masyarakat hendaknya memberikan
pengabdian, pelayanan, cinta kasih sayang dan penghargaan kepada pemerintah dan
pemimpinnya demikian pula sebaliknya kepada dan oleh rakyatnya yang telah
menunjukan dedikasinya tinggi terhadap segala aspek kehidupan demi kemajuan dan
perbaikan situasi dan kondisi bersama dan sekalian alam tentang kemanusiaan,
kelestarian lingkungan dan perdamaian. Karena pemimpin yang baik menghargai
rakyatnya, demikian juga sebaliknya. Iklim saling bhakti Arcanam ini sangat
dibutuhkan oleh masyarakat manusia di lingkungan keluarga dan dikehidupan
masyarakat umum. Hal ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari
lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai
modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan
sosial kemasyarakatannya.
Arcanam ini
artinya “bhakti dengan memuja Arca”. Maksudnya disini yakni bhakti dengan cara
memuja pratima sebagai media penghubung dan penghayatan kepada Tuhan. Kita ketahui
bersama bahwa Tuhan itu bersifat abstrak/nirguna, susah kita menebak dan
menghayalkan perwujudan tuhan karena sesungguhnya tuhan itu tak berwujud. Jadi
untuk menguatkan keyakinan kita kehadapannya, kita diberi jalan memuja-Nya
dengan mewujudkan beliau ataupun manifestasi beliau dengan Arca. Dengan jalan
ini, jika rasa bhakti yang kita miliki untuk-Nya sangatlah besar tidak
dipungkiri lagi kita melayani dan menyembah Tuhan melalui perwujudan suci yang
disebut dengan Arca akan menjadi lebih nyata dan memberikan perasaan rohani
yang sangat dalam.
9. Berpasrah total kepada
Tuhan “Sevanam
atau Atmanividanam”.
Sevanam atau Atmanividanam adalah
bhakti dengan jalan berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada
Tuhan. Arah gerak vertikal dan horizontal dari bhakti ini masyarakat kita
selalu berpasrah diri dengan kesadaran dan keyakinan yang mantap untuk selalu
berjalan di jalan Tuhan, berlindung dan penyerahan diri secara tulus ikhlas
kepada Tuhan, sesama dan lingkungan hidupnya atau kepada ibu pertiwi, baik
dalam kehidupan duniawi (nyata) maupun kehidupan sunya (niskala). Iklim saling
bhakti Atmanivedanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dalam
kehidupan sosial dan kehidupan spiritualnya.
Atmanividanam yang
artinya bhakti dengan kepasrahan total kepada Tuhan. Tahapan ini adalah tahapan
terakhir dalam ajaran suci Nawa Wida Bhakti. Dalam perjalanan kehidupan manusia
pada zaman Kali Yuga ini, jalan Atmanividanam yang dianggap sulit untuk
diaplikasikan karena kuatnya ikatan material yang mengikat dirinya. Mulailah
kita melakukan pelayanan dan mempersembahkan apapun yang kita miliki, kita
terima, nikmati dan lain-lain itu
hanya untuk-Nya. Karena hanya beliaulah yang pada akhirnya sebagai penikmat
segalanya. Baik itu adalah kebahagiaan dan penderitaan kita harus bisa
mempersembahkannya untuk-Nya.
E. Ajaran Bhakti Sejati sebagai Dasar Pembentukan Budi Pekerti
yang Luhur dalam Zaman
Ada
banyak nilai dan norma kehidupan yang mulia hilang karena terjadinya erosi
moral, krisis budaya, dan sebagainya. Masyarakat Indonesia mulai menanggalkan
tradisi-tradisi yang sesuai dengan local wisdom kita, seperti cium tangan pada
orang tua, penggunaan tangan kanan, senyum dan sapa, musyawarah, gotong-royong,
dan lain-lain. Di sini terlihat jelas bahwa budi pekerti luhur sangat berperan
penting di masyarakat. Secara umum, budi pekerti luhur berarti memiliki moral
dan perilaku yang baik dalam menjalani hidup ini. Budi pekerti memiliki
pengertian yang sangat sederhana, yaitu perilaku (pekerti) yang dilandasi oleh
pemikiran yang baik dan jernih (budi) dan sesuai dengan local wisdom kita
(luhur). Budi pekerti luhur bertujuan untuk membentuk perilaku pribadi yang
patut, baik, dan benar. Jika, kita berbudi pekerti luhur, paling tidak jaminan
yang kita dapat adalah jalan hidup kita teratur, sehingga dapat mengantar kita
berkiprah ke kesuksesan hidup, kerukunan antar bermasyarakat, dan dan berada
dalam koridor perilaku yang terpuji dan bermanfaat. Sebaliknya, jika kita
melanggar prinsip-prinsip budi pekerti luhur, maka kitadapat mengalami banyak
hal yang tidak menguntungkan. Mulai dari hal kecil seperti tidak
disenangi/dihormati orang lain, sampai hal berat seperti melakukan pelanggaran
hukum yang membuat kita berakhir dengan tindak pidana. Esensi budi pekerti
luhur secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kecil, baik di dalam
lingkungan keluarga atau sekolah, dan berlanjut ke lingkungan masyarakat. Di
lingkungan keluarga, orang tua menanamkan budi pekerti luhur lewat berbagai
cara; membacakan dongeng, mengajarkan permainan tradisional, dan lainnya.
Berperilaku yang baik dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi sikap anak
nantinya. Pendidikan formal juga memiliki peran penting. Kita dididik agar
memiliki ilmu, wawasan, dan budi pekerti luhur. Kita juga diajarkan
bersosialisasi, membangun rasa kebersamaan, rasa cinta tanah air, rasa peduli
lingkungan, yang nantinya sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.Budi
pekerti luhur mendatangkan banyak keuntungan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan menerapkannya, maka kita terbentuk menjadi pribadi yang beretika baik,
berbahasa baik, dalam meningkatkan taraf kejiwaan dan kemajuan batiniah kita
sebagai manusia.Perenungan:“Asmanvati riyate sam rabhadhvam
uttisthata pra tarata sakhàyah, atra jahàma ye asan asevah sivan vayam uttaremàbhi vàjàn. Terjemahan:‘Wahai teman-teman, dunia yang penuh dosa dan penuh duka
ini berlalu bagaikan sebuah sungai yang alirannya dirintangi oleh batu
besar (yang dimakan oleh arus air) yang berat, tekunlah, bangkitlah dan
seberangilah ia, tinggalkan persahabatan dengan orang-orang tercela,
sebrangilah sungai kehidupan untuk
pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran’ (Rgveda X.53.8).Kedamaian dan
ketentraman (Kerta Langu), adalah dambaan seluruh sekalian alam baik secara
komunal maupun secara individual (personal). Maksudnya adalah dambaan akan
kedamaian itu tidak
hanya bagi umat manusia, tetapi
tumbuh-tumbuhan dan binatang pun memerlukan kedamaian itu.
Karakter-karakter Ketuhanan dalam setiap jiwa individual masyarakat
manusia perlu ditananamkan sejak dini, sehingga apabila karakter Ketuhanan itu
telah tertanam dan tumbuh dalam setiap jiwa individual masyarakat dapat dijadikan
modal sosial untuk menciptakan kesalehan dan keharmonisan sosial
ditengah-tengah kehidupan masyarakat manusia. Dalam ajaran Bhakti Sejati
terdapat Nawa Widha Bhakti. Ajaran Nawa Widha Bhakti adalah salah satu ajaran
Agama Hindu yang bersumber dari kitab Bhagavata Purana, VII.5.23, yang
menyebutkan bahwa ada 9 (sembilan) cara ber-bhakti (hormat, sujud, pengabdian,
cinta kasih sayang, pelayanan, dan spiritual) yang disebut Nawa Widha Bhakti
yaitu rasa bhakti manusia terhadap Tuhan-nya. Konsep Nawa Widha Bhakti ini
dapat dimaknai dalam kontek kehidupan sosial yaitu rasa sujud,
hormat-menghormati, pengabdian, cinta kasih sayang, spiritual, dan memberikan
pelayanan antara manusia dengan sesamanya dan lingkungannya. Pentingnya
menanamkan ajaran Nawa Wida Bhakti untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan di
Lingkungan Keluarga ini dikarenakan beberapa hal diantaranya; Pertama,
Kehidupan di lingkungan keluarga dewasa ini juga seolah-olah semakin digiring
untuk meninggalkan jati dirinya sebagai anggota masyarakat yang religius dengan
berbagai aktifitas ritual keagamaannya, sehingga kualitas iman dan taqwa
(sradha bhakti) yang selama ini dijunjung tinggi semakin lama semakin tergeser
oleh pola kehidupan yang mengglobal dan modern. Hal ini tentunya sangat
mengkhawatirkan, karena jika hal tersebut di atas dibiarkan terus terjadi, maka
kualitas kebersamaan, persatuan dalam bermasyarakat akan semakin menipis, dan
pada akhirnya nanti esensi sebagai masyarakat manusia yang memiliki keutamaan
dibandingkan dengan makhluk lainnya melalui cara berpikir, berkata dan
berprilaku semakin lama akan mengkhawatirkan. Kedua, Di lingkungan merupakan
proses pembelajaran, pendidikan dan pembekalan pengetahuan paling awal. Oleh
karenanya maka setiap anggota keluarga terutama orang tua, dituntut untuk
senantiasa bersikap dan berbuat sesuai dengan dharma-nya, dengan harapan pada
setiap anggota keluarga memiliki iman dan taqwa (sradha bhakti) sifat dan budi
pekerti yang luhur serta berkepribadian mulia yang sangat diperlukan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat manusia. Penanaman ajaran Nawa Wida Bhakti
untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar
guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial, yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Srawanam adalah bhakti dengan jalan mendengar. pesan yang
ingin disampaikan melalui bhakti dengan jalan mendengar ini adalah dalam hidup
ini masyarakat manusia untuk selalu berupaya membudayakan untuk mendengar, baik
mendengar secara vertical antara manusia dengan Tuhan-nya melalui sabda-sabda
sucinya, maupun secara horizontal antar sesamanya dan lingkungannya. Saling
bhakti mendengar ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang di awali di
tananamkan di lingkungan keluarga selanjutnya ditumbuh kembangkan secara harmonis
dan dinamis dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan masyarakat sosial
yang lebih luas.
2. Wandanam adalah bhakti dengan jalan membaca, menyimak
dan mempelajari , mendalami serta menghayati dan memaknai ajaran yang bersumber
dari aturan keimanan, aturan kebajikan, dan aturan yang lainnya yang bersumber
dari sabda-sabda suci Tuhan dan susastra suci yang lainnya. Saling bhakti
Wandanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia untuk menciptakan
kesalehan dan keharmonisan di lingkungan keluarga dan sosial kemasyarakatannya.
3. Kirtanam adalah bhakti dengan jalan melantunkan
Gita/zikir (nyayian atau kidung suci memuja dan memuji nama suci dan kebesaran
Tuhan). Saling bhakti Kirthanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia
yang penanaman nilai-nilai bhakti Kirthanam di awali dilingkungan keluarga
sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam
kehidupan sosial kemasyarakatannya.
4. Smaranam adalah bhakti dengan jalan mengingat. Saling
bhakti Smaranam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia yang ditanamkan
di awali dilingkungan keluarga sehingga tumbuh karakter Ketuhanan dalam setiap
anggota keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan
sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
5. Padasevanam adalah bhakti dengan jalan menyembah, sujud,
hormat di Kaki Padma. Saling bhakti Padasevanam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat manusia sehingga sejak dini semestinya ditanamkan untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga sebagai modal dasar guna mewujudkan
kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
6. Sukhyanam adalah bhakti dengan jalan kasih
persahabatan, mentaati hukum dan tidak merusak system hukum. Saling bhakti
Suhkyanam ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia untuk menumbuhkan
karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga dan selanjutnya dapat
dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan
keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya.
7. Dahsyam adalah bhakti dengan jalan mengabdi, pelayanan,
dan cinta kasih sayang dengan tulus ikhlas terhadap Tuhan. Saling bhakti Dasyam
ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dilingkungan keluarga
lebih-lebih dikehidupan sosial kemasyarakatannya.
8. Arcanam adalah bhakti dengan jalan perhormatan
terhadap simbol-simbol atau nyasa Tuhan seperti membuat Arca, Pratima,
Pelinggih, dll, bhakti penguatan iman dan taqwa, menghaturkan dan pemberian
persembahan terhadap Tuhan. Saling bhakti Arcanam ini sangat dibutuhkan oleh
masyarakat manusia di lingkungan keluarga dan dikehidupan masyarakat umum. Hal
ini akan dapat menumbuhkan karakter Ketuhanan mulai dari lingkungan keluarga
dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai matra dan sebagai modal dasar guna
mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial dalam kehidupan sosial
kemasyarakatannya.
9. Sevanam atau Atmanividanam adalah bhakti dengan jalan berlindung dan
penyerahan diri secara tulus ikhlas kepada Tuhan. Saling bhakti Atmanivedanam
ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat manusia baik dalam kehidupan sosial dan
kehidupan spiritualnya.
KESIMPULAN Mengacu pada uraian tadi maka dapat
diketahui bahwa menanamkan ajaran Nawa Wida Bhakti adalah salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menumbuhkan karakter Ketuhanan di lingkungan keluarga
sebagai modal dasar guna mewujudkan kesalehan dan keharmonisan sosial. Dalam
dimensi yang lainnya menanamkan ajaran Nawa Widha Bhakti ini pada setiap
individu masyarakat manusia guna menumbuh-kembangkan sikap saling
hormat-menghormati, sujud, pengabdian, pelayanan, cinta kasih sayang dan
spiritual antara anggota masyarakat satu dengan anggota masyarakat yang lainnya
dan masih banyak lagi yang dapat menumbuhkan sikap - sikap yang positif.
Komentar
Posting Komentar