Materi 2 Pendidikan Agama HIndu Dan Budhi Pekerti Kelas X
BAB 1 NILAI- NILAI YADNYA DALAM RAMAYANA
Pengertian dan Hakekat Yadnya
Bhagavadgita III.14 menyatakan bahwa “yadnya berasal dari karma”. Ini berarti bahwa dalam yadnya perlu adanya kerja, karena dalam yadnya menuntut adanya perbuatan. Tuhan menciptakan alam beserta isinya diciptakan dengan yadnya maka patutlah manusia pun melaksanakan yadnya untuk memelihara kehidupan didunia ini. Tanpa adanya yadnya maka perputaran roda kehidupan akan berhenti. Yadnya merupakan salah satu wujud dari Tri Kerangka Agama Hindu yaitu termasuk dalam Upacara/ Ritual. Hal ini dikarenakan penerapan yadnya dikaitkan dengan Upacara Agama Hindu yaitu dalam bentuk Ritual.
Karena yadnya berasal dari karma dalam dalam pelaksanaan yadnya pun terkait dengan perbuatan maka Yadnya termasuk Karma kanda/karma sanyasa/prawerti atau jalan perbuatan. Ini berarti bahwa yadnya merupakan salah satu bentuk penerapan ajaran Agama Hindu dengan cara melakukan perbuatan. Artinya ajaran Weda dapat diaplikasian dengan melaksanakan yadnya yaitu dengan
Di dalam pelaksanaan yadnya, Agni berkedudukan sebagai perantara yg menghubungkan antara manusia dengan Tuhan. Karena agni merupakan penghubung, maka biasanya dalam pelaksanaan Upacara ritual tidak bisa dipisahkan dengan penggunaan api baik dalam bentuk “Pasepan” ataupun dupa. Agni pun dikatakan sebagai pelengkap atau penyempurna segala kekurangan yang ada pada prosesi pemujaan yang dilakukan.
Sesungguhnya yadnya tidaklah hanya dalam bentuk Ritual atau melaksanakan upacara keagamaan saja, tetapi dapat pula dilakukan dengan melaksanakan perbuatan yang didasari atas hati yang tulus dan ikhlas. Sehingga dengan demikian maka dapat diartikan bahwa Yadnya merupakan segala bentuk pemujaan/persembahan dan pengorbanan yg tulus iklas yang timbul dari hati yang suci demi maksud-maksud mulia dan luhur
Bila dilihat dari berbagai pelaksanaan yadnya, sesungguhnya didalam yadnya terdapat beberapa unsure yang pasti ada. Unsur-unsur mutlak dalam yadnya yaitu: karya (kerja), sreya (ketulusan), budhi (kesadaran), bhakti (Persembahan). Unsur karya yang terdapat dalam yadnya dapat dilihat bahwa setiap yadnya yang dilakukan adalah dengan perbuatan / kerja. Unsur Sreya (ketulusan) pada yadnya yaitu bahwa dalam setiap yadnya selalu dilakukan dengan dasar ketulusan dan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Dalam melaksanakan yadnya, umat tidak merasa terbebani karena yadnya muncul dari ketulusan hati. Dengan melaksanakan yadnya, manusia akan senantiasa teringat dengan kebesarannya Tuhan dan memahami segala kekurangan yang ada dalam dirinya. Sehingga pelaksanaan yadnya dapat membangkitkan kesadaran dalam diri setiap manusia. Kesadaran yang dimaksud adalah terbebasnya manusia dari kebingungan, kegelapan sang jati diri (atman) dari belenggu segala kepalsuan didunia (maya). Dengan sadarnya manusia pada jati dirinya ia akan dapat melakukan hubungannya dengan Tuhan. Dalam pelaksanaan yadnya pada umumnya dilakukan dengan memberikan persembahan dan melaksanakan pemujaan yang didasari atas ketulusan hati.
Bhagavadgita III.9 menyatakan bahwa :”para dewa akan memelihara manusia dg memberikan kebahagiaan, karena itu manusia yg mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dg yadnya pada hakekatnya dia adalah pencuri”. Ini berarti bahwa antara manusia dengan para dewa harus ada hubungan yang harmonis sehingga terwujud suatu kebahagiaan. Sebagai manusia yang diberikan kelebihan dari mahluk ciptaannya yang lain yaitu idep (pikiran), seharusnyalah manusia bisa mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada Tuhan atas segala kebahagiaan yang ia rasakan melalui pelaksanaan yadnya. Bila manusia tidak pernah bersyukur artinya bahwa manusia ini adalah seorang pencuri.
Selanjutnya Sri Kresna bersabda yaitu: “orang yang terlepas dari dosa adalah orang yang makan sisa dari persembahan/yadnya”. Ini berarti bahwa dalam kehidupan ini manusia harus senantiasa menikmati makanan hasil persembahannya kepada Tuhan. Bilamana manusia memakan yang bukan hasil persembahan pada Tuhan berarti dia memakan dosa. Agar terhindar dari dosa itu, manusia sebelum makan haruslah mempersembahkannya terlebih dahulu pada Tuhan. Sehingga makan hasil persembahan yang dimakan adalah anugerah dari Tuhan yang disebut dengan Prasadham” yang istilah balinya disebut dengan ”Lungsuran”. Yadnya Sesa (matur saiban) merupakan salah satu bentuk yadnya yang dilakukan sehari-hari setelah memasak. Setelah memasak hendaknyalah kita menghaturkan sedikit dari masakan itu pada Tuhan sehingga masakan yang dibuat dapat dikatakan sebagai anugerah dari Tuhan.
Dalam Atharwa veda XII.1 dikatakan bahwa “yadnya merupakan salah satu pilar penyangga tegaknya kehidupan di dunia ini”. Jadi bilamana yadnya tidak dilakukan lagi akan menjadikan alam beserta kehidupannya tidak akan dapat berlangsung.
CERITA SINGKAT RAMAYANA
Dikisahkan di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia seorang puteri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Namun dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana, yang juga sedang kasmaran, namun bukan kepada Dewi Shinta tetapi dia ingin memperistri Dewi Widowati. Dari penglihatan Rahwana, Shinta dianggap sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya. Dalam sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya, sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa Prabu Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin menculik Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu, karena Dewi Shinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui.Dalam waktu sudah cukup lama ditinggal berburu, Shinta mulai mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa membuat perlindungan guna menjaga keselamatan Shinta yaitu dengan membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini Shinta tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk menculik, namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut. Rahwana mulai cari siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan mengubah diri menjadi seorang brahmana tua dan bertujuan mengambil hati Shinta untuk memberi sedekah. Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, secara tidak sadar Shinta telah melanggar ketentuan lingkaran magis yaitu tidak diijinkan mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga Rahwana tanpa ingin kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik Shinta keluar dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang menculik dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah oleh Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal.
Mereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan seekor kera putih bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman, Sang kakak merebut kekasih adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Pada kesempatan itu pula Rama menceritakan perjalanannya akan dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik Rahwana di istana Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan mengutus Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga berusaha membujuk Shinta untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Shinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman Argasoka ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta, segera Hanuman menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai utusan Rama. Setelah selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera ingin mengetahui kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat keonaran yaitu merusak keindahan taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana dan kemudian dibawa ke Rahwana. Karena marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah oleh Kumbakarna adiknya, karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari kerjaan Alengka. Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah adanya laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman.
Setibanya di istana Rahwana terjadi peperangan, dimana awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini Indrajid dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit. Alengka terdesak oleh bala tentara Rama, maka Kumbakarna raksasa yang bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi senopati perang. Kumbakarna menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya yang angkara murka, namun demi untuk membela bangsa dan negara Alengkadiraja.Dalam pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur sebagai pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.
Setelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan bahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya masing-masing.
Dasar pelaksanaan Yadnya adalah adanya tiga hutang yang disebut dengan istilah Tri Rna, yang terdiri dari :
C. Pokok-Pokok Ajaran Panca Yadnya
Pelaksanaan Panca Yadnya merupakan realisasi dari ajaran Tri Rna yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam hidup dan kehidupan ini. Umat manusia akan merasa berdosa dalam hidup ini, jika tidak membayar hutang-hutang tersebut. Cara atau upaya untuk membayar Rna (hutang-hutang) tersebut dirumuskan dalam Panca Yadnya.
D. Rumusan Panca Yadnya
CERITA SINGKAT RAMAYANA
Cerita Singkat Ramayana
Dikisahkan di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia seorang puteri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Namun dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana, yang juga sedang kasmaran, namun bukan kepada Dewi Shinta tetapi dia ingin memperistri Dewi Widowati. Dari penglihatan Rahwana, Shinta dianggap sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya. Dalam sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya, sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa Prabu Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin menculik Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu, karena Dewi Shinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui.Dalam waktu sudah cukup lama ditinggal berburu, Shinta mulai mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa membuat perlindungan guna menjaga keselamatan Shinta yaitu dengan membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini Shinta tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk menculik, namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut. Rahwana mulai cari siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan mengubah diri menjadi seorang brahmana tua dan bertujuan mengambil hati Shinta untuk memberi sedekah. Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, secara tidak sadar Shinta telah melanggar ketentuan lingkaran magis yaitu tidak diijinkan mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga Rahwana tanpa ingin kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik Shinta keluar dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.Disaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang menculik dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah oleh Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal.
Mereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan seekor kera putih bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman, Sang kakak merebut kekasih adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Pada kesempatan itu pula Rama menceritakan perjalanannya akan dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik Rahwana di istana Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan mengutus Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana.
Taman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga berusaha membujuk Shinta untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Shinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman Argasoka ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta, segera Hanuman menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai utusan Rama. Setelah selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera ingin mengetahui kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat keonaran yaitu merusak keindahan taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana dan kemudian dibawa ke Rahwana. Karena marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah oleh Kumbakarna adiknya, karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari kerjaan Alengka. Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah adanya laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman.
Setibanya di istana Rahwana terjadi peperangan, dimana awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini Indrajid dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit. Alengka terdesak oleh bala tentara Rama, maka Kumbakarna raksasa yang bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi senopati perang. Kumbakarna menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya yang angkara murka, namun demi untuk membela bangsa dan negara Alengkadiraja.Dalam pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur sebagai pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.
Setelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan bahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya masing-masing.
Dasar Dan Tujuan Yadnya
- Dewa Rna adalah hutang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Rsi Rna adalah hutang kepada para Maha Rsi.
- Pitra Rna adalah hutang kepada orang tua atau leluhur.
Ketiga Hutang inilah yang hatus kita sadari. DEngan menyadarinya kita dapat membalas budi baik yang telah diberikan kepada kita. Dengan membalas budi baik itu kita akan dijauhkan dari segala dosa.
Adapun tujuan umat manusia melaksanakan Yadnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mencetuskan rasa terima kasih.
b. Untuk mengamalkan ajaran Weda
c. Untuk meningkatkan kualitas diri.
d. Untuk penyucian.
e. Untuk dijadikan sarana yang berhubungan dengan Tuhan.
Dalam melaksanakan Yadnya terdapat tiga unsur yang saling berkaitan erat, yang disebut dengan istilah "Tri Manggalaning Yadnya" yang terdiri dari :
- Sang Yajamana adalah orang yang mempunyai atau yang melaksanakan kerja atau Yadnya tersebut.
- Sang Widya/ Pancagra adalah tukang Banten.
- Sang Sadhaka adalah orang yang muput upacara tersebut ( Sulinggih ).
C. Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Yadnya Dalam Kehidupan
Menurut waktu pelaksanaannya :
1) Nitya Yadnya adalah yadnya yang dilakukan setiap hari, yang termasuk Nitya Yadnya :
a. Tri Sandhya, yaitu tiga kali menghubungkan diri (sembahyang) kehadapan Sang HyangWidhi, dengan kurun waktu pagi hari, tengah hari, dan senja atau malam hari.
b. Yadnya Sesa (mesaiban/ngejot) adalah yadnya yang dipersembahkan kehadapan Sang HyangWidhi setelah masak atau sebelum menikmati makanan.
c. Jnana yadnya adalah yadnya dalam bentuk pengetahuan, antara lain melaksanakan proses belajar mengajar.
2) Naimitika Yadnya adalah yadnya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu yang sudah terjadwal.
3) Insidental adalah yadnya yang dilaksanakan pada kejadian-kejadian tertentu yang tidak terjadwal dan dipandang perlu untuk melaksanakan yadnya.
Menurut kuantitasnya :
1) Nista artinya yadnya tingkatan kecil. Dibagi tiga tingkatan, yaitu :
a. Nista ning nista : terkecil diantara yang kecil.
b. Madyaning nista : sedang diantara yang kecil.
c. Utamaning nista : terbesar diantara yang kecil.
2) Madya artinya sedang. Dibagi tiga tingkatan :
a. Nista ning madya : Terkecil diantara yang sedang.
b. Madyaning madya : sedang diantara yang sedang.
c. Utama ning madya : terbesar diantara yang sedang.
3) Utama artinya besar. Dibagi tiga tingkatan :
a. Nista ning utama : terkecil diantara yang besar.
b. Madya ning utama : sedang diantara yang besar.
c. Utama ning utama : yang paling besar
Menurut kualitasnya :
1) Tamasika yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk Sastra, Mantra, Kidung Suci, Daksina dan Sradha.
2) Rajasika yadnya adalah yadnya yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya dan bersifat pamer kemewahan.
3) Satwika Yadnya adalah Yadnya yang dilaksanakan berdasarkan Sradha, Lascarya, Sastra Agama, Daksina, Mantra, Gitaannasewa, dan Nasmita.
Pada prinsipnya yang harus diperhatikan dalam melaksanakan Yadnya adalah a) Keyakinan atau Sradha, b) ketulusanhati, c) kesucian, d) berpedoman pada Sastra Agama, e) penyesuaian dengan desa, kala, patra, f) upacara dan upakara (daksina), g) adanya puja, Mantra, dan Gita, serta yang lain yang berhubungandengan Dharma.
C. Pokok-Pokok Ajaran Panca Yadnya
Pelaksanaan Panca Yadnya merupakan realisasi dari ajaran Tri Rna yaitu tiga macam hutang yang kita miliki dalam hidup dan kehidupan ini. Umat manusia akan merasa berdosa dalam hidup ini, jika tidak membayar hutang-hutang tersebut. Cara atau upaya untuk membayar Rna (hutang-hutang) tersebut dirumuskan dalam Panca Yadnya.
D. Rumusan Panca Yadnya
Penjelasan-penjelasan tentang Panca Yadnya menurut kitab suci Weda maupun Kitab Sastra lain.
a. Kitab Sathapata Brahmana adalah bagian dari RgWeda. Penjelasan tentang Panca Yadnya pada kitab ini :
o Bhuta Yadnya : yadnya kepada parabhuta.
o ManusaYadnya : persembahan berupa makanan yang ditujukan kepada orang lain atau sesama.
o Pitra Yadnya : yadnya kepada para leluhur yang disebut swadha.
o Dewa Yadnya : yadnya kepada para dewa yang disebut swaha.
o Brahma Yadnya : yadnya dengan mempelajari pengucapan ayat-aya tsuci Weda.
b. Kitab Bhagawadgita pada sloka IV.28. Penjelasannya :
o Drvya Yadnya : persembahan dengan berdana punia harta benda.
o Tapa Yadnya : persembahan berupa pengendalian indria.
o Yoga Yadnya : persembahan dengan melakukan astangga yoga.
o Swadyaya Yadnya : persembahan berupa pengendalian diri dengan belajar sendiri langsung kehadapan Sang Hyang Widhi.
o Jnana Yadnya : persembahan berupa ilmu pengetahuan.
c. Kitab Manawa Dharmasastra. Penjelasannya :
o Brahma Yadnya : persembahan dengan belajar dan mengajar secara penuh keikhlasan.
o Pitra Yadnya : persembahan dengan menghaturkan tarpana dan air kepada leluhur.
o Dewa Yadnya : persembahan dengan menghaturkan minyak dan susu kehadapan para Dewa.
o Bhuta Yadnya : persembahan dengan melaksanakan upacara bali kepada para Bhuta.
o Nara Yadnya : Yadnya berupa penerimaan tamu dengan ramah tamah.
d. Kitab Gautama Dharmasastra. Terdapat tiga pembagian Yadnya, yaitu :
o Dewa Yadnya : persembahan kepada Hyang Agni dan Dewa samodaya.
o Bhuta Yadnya : persembahan kepada Lokapala (dewa pelindung) dan para dewa penjaga pintu pekarangan, pintu rumah serta pintu tengah rumah.
o Brahma Yadnya : persembahan dengan pembacaan ayat-ayat suci Weda.
o Dewa Yadnya : persembahan dengan sesajen dan mengucapkan sruti dan Stawa pada bulan purnama.
o Rsi Yadnya : persembahan punia, buah-buahan, makanan, kepadapara MahaRsi.
o Manusa Yadnya : memberikan makanan kepada masyarakat.
o PitraYadnya : persembahan dengan puja dan bali atau banten kepada para leluhur.
o Bhuta Yadnya : persembahan berupa puja dan caru kepada para bhuta.
f. Lontar Singhalanghyala. Penjelasannya :
o Bojana Patra Yadnya : persembahan dengan menghidangkan makanan.
o Kanaka Ratna Yadnya : persembahan berupa emas dan permata.
o Kanya Yadnya : persembahan berupa gadis suci.
o Brata Tapa Samadhi Yadnya : persembahan dengan melaksanakan Tapa, Bratha, dan Samadhi.
o Samya JnanaYadnya : persembahan dengan keseimbangan dan keserasian.
g. Lontar AgastyaBParwa. Penjelasan Panca Yadnya dalam lontar Agastya Parwa paling sesuai penerapannya di Indonesia. Berikut penjelasannya :
o Dewa Yadnya : persembahan dengan minyak dan biji-bijian kehadapan Dewa Siwa dan Dewa Agni di tempat pemujaan dewa.
o Rsi Yadnya : persembahan dengan menghormati pendeta dan membaca Kitab Suci.
o Pitra Yadnya : upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam Siwa.
o Bhuta Yadnya : persembahan dengan menyejahterakan tumbuh-tumbuhan dan menyelenggarakan upacara tawur serta upacara Panca Wali karma.
o Manusa Yadnya : persembahan dengan member makanan kepada masyarakat.
Komentar
Posting Komentar